Hati-Hati Menempatkan Kaligrafi


Beberapa waktu lalu, saya mendapatkan kotak makanan aqiqah (atau ditulis juga dengan akikah untuk meng-Indonesia-kan) dari kerabat kantor. Seperti bancakan syukuran pada umumnya, pada kotak tersebut ada nama si bayi yang diakikahi. Tertulis juga basmalah yang indah jenis tsuluts.

Malam hari ketika pulang kantor, saya terkejut dengan kotak-kotak yang bertumpuk di kotak sampah. Tentu saja dengan masih ada “pengumuman” di sana. “Kasihan nasib kaligrafi itu. Dengan penempatan yang tidak sesuai, akhirnya hanya menjadi pengisi keranjang sampah,” hati saya berkata. Padahal, seandainya para pemakan itu tahu, basmalah merupakan kalimat istimewa yang terukir pertama di dalam Alquran yang harusnya dimuliakan.

Saya sering menjumpai kasus semacam ini. Di kartu undangan pernikahan, di kartu ucapan hari raya, atau dibrosur-brosur keagamaan. Kadang, lembar jumat yang penuh dengan ayat-ayat Alquran juga mengalami nasib yang sama. Meski sudah dibubuhi dengan kalimat peringatan “jagalah lembar jumat ini dengan baik karena memuat banyak ayat Alquran” rupanya perlakuan orang satu dengan yang lainnya tidaklah sama. Masih saja ada yang luput, sehingga lembar jumat ini berserakan begitu saja.

Lantas siapa yang salah?

Hal yang semestinya baik –kartu undangan terlihat “islami”– ternyata berakhir tidak baik. Bagaimana kalau diberi peringatan untuk menyimpan setelah dibaca atau memusnahkan dengan dibakar? Ini mungkin lebih baik. Namun rata-rata peringatan semacam ini jarang dihiraukan.

Agaknya, memang perlu kehati-hatian dalam membubuhkan kalimah tayyibah semacam basmalah, terlebih ayat-ayat Alquran secara sempurna. Penggunaan bahasa Indonesia (arab yang dilafalkan dengan huruf Indonesia) lebih dianjurkan. Selain tidak mengurangi “keislamiannya”, media ini juga “aman” andai berakhir di keranjang sampah.

___

Catatan: Gambar pada posting ini jangan ditafsirkan sebagai penghinaan terhadap ayat Alquran melainkan hanya sekadar ilustrasi.


(Sumber: PanduanKaligrafi.com)

Tidak ada komentar: